Archive
-
▼
2012
(33)
-
▼
Mei
(11)
- 101 Best Free Blogger Templates for 2012
- TETANUS, Penyakit Mematikan Karena Luka | Dokter S...
- http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/so...
- Pengertian WWW
- Penyakit pada otak
- Sistem informasi manajmen kesehatan (SIMKES)
- Internet Gratis Telkomsel Mei 2012.txt - 4shared.c...
- Rekam medis dan sistem informasi kesehatan di pela...
- Bab ii pdf | Download for Free
- Standarisasi sistem informasi rumah sakit pdf | Do...
- Makalah injeksi
-
▼
Mei
(11)
Pages - Menu
Popular Posts
-
. Rumah Sakit dalam bentuk SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT “. Saya ingin mengklarifikasi pendefinisian Simkes Diantaranya yai...
-
BAB I I N J E K S I A. LATAR BELAKANG Salah satu tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan ...
-
Kali ini saya akan mencoba membahas mengenai pengertian penyakit AIDS, penyebab penyakit AIDS, Pola atau cara penularan penyakit AID...
-
Meningitis Meningitis adalah radang membran pelindung sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka ...
-
Banyak orang yang mengira bahwa saat minum segelas air, maka air tersebut akan segera dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urine hari itu j...
-
Bahagia dengan mu : ~♥~ Duhai dambaan hatiku♥Bahagiakah keadaan dirimu ~♥~ Ku harap hari~hari penuh senyummu♥Karna dirimu ada dihatiku,Tahuk...
-
101 Best Free Blogger Templates for 2012
-
Rekam Medis itu Penting. Rekam medis adalah profesi yang sangat penting di bidang kesehatan, terutama ketika Undang-undang Perlindungan K...
-
Tweaker Windows 7 anda dengan Sunrise Seven | Komputer, Internet, Software Tips
-
Sekilas tentang kanker serviks? Kanker serviks – Artikel kesehatan kali ini berbicara tentang Kanker Serviks. Kanker Serviks (Cervical Canc...
Search
Penyakit pada otak
Meningitis
Meningitis adalah radang membran pelindung
sistem syaraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka
fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu. Meningitis adalah penyakit serius
karena letaknya dekat otak dan tulang
belakang, sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan
kematian.
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur,
atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan
otak.
Daerah “sabuk meningitis” di Afrika terbentang
dari Senegal di barat ke
Ethiopia di timur.
Daerah ini ditinggali kurang lebih 300 juta manusia. Pada 1996 terjadi wabah
meningitis di mana 250.000 orang menderita penyakit ini dengan 25.000 korban
jiwa.
Creutzfeldt-Jakob
Penyakit ensefalopati spongiform
menular ini disebabkan oleh prion, sehingga
sering disebut sebagai penyakit prion. Penyakit prion lainnya termasuk Sindrom
Gerstmann-Sträussler-Scheinker (GSS), insomnia familial fatal dan kuru pada
manusia, juga ensefalopati spongiform
sapi yang umum dikenal sebagai penyakit sapi gila, chronic wasting disease (CWD) pada rusa, dan scrapie pada domba.
Prion yang dipercaya menyebabkan Creutzfeldt-Jakob
memperlihatkan setidaknya 2 konformasi yang
stabil. Konformasi dalam keadaan asli itu larut air dan ada dalam sel yang
sehat. Sampai 2006, fungsi
biologisnya tak diketahui. Keadaan konformatif lainnya kurang larut air dan
mudah membentuk agregat protein.
Orang juga bisa terjangkit Creutzfeldt-Jakob melalui
mutasi gen (perlu didefinisikan), yang hanya terjadi dalam 5-10% dari semua
kasus.
Prion Creutzfeldt-Jakob berbahaya karena meningkatkan pelipatan protein
asal ke dalam keadaan sakit, yang menyebabkan meningkatnya prion tak larut pada
sel yang
terjangkit. Massa protein yang salah lipat ini mengacaukan fungsi sel dan
menyebabkan kematiannya. Mutasi pada gen untuk protein prion bisa menyebabkan
kesalahan lipat sebagian besar regio alfa-heliks ke lembar beta yang terlipat.
Perubahan konformasi ini melumpuhkan kemampuan protein mengalami pencernaan.
Sekali prion ditransmisikan, protein cacat itu menyerang otak dan diproduksi di
putaran umpan balik yang
disokong sendiri, menyebabkan penyebaran eksponensial prion, kematian dalam
beberapa bulan, meski beberapa orang diketahui hidup selama-lamanya 2 tahun.
Stanley
Prusiner dianugerahi Penghargaan Nobel dalam
Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1997 untuk penemuan prionnya. Lebih dari
1 dasawarsa, ahli patologi saraf Universitas Yale Laura Manuelidis meragukan
penjelasan penyakit itu. Pada bulan Januari 2007 ia dan koleganya menerbitkan
artikel di Proceedings
of the National Academy of Science dan
melaporkan bahwa mereka menemukan partikel serupa virus (namun
sejauh ini tak menemukan asam
nukleat) pada kurang dari 10% galur sel yang terinfeksi
scrapie dan pada galur sel tikus yang ditulari agen Creutzfeldt-Jakob dari
manusia.
Xerostomia
Gangguan produksi kelenjar ludah tersebut dapat
diakibatkan oleh gangguan / penyakit pada pusat
ludah, syaraf pembawa rangsang ludah ataupun oleh perubahan komposisi faali
elektrolit ludah. Gangguan tersebut diatas dapat terjadi oleh karena rasa takut / cemas, depresi, tumor
otak, obat-obatan tertentu, penyakit kencing manis, penyakit ginjal dan penyakit radang selaput
otak.
Lumpuh otak
Lumpuh otak adalah gangguan kendali terhadap
fungsi motorik dikarenakan kerusakan pada otak yang sedang
berkembang.
Penyebab lumpuh otak sampai saat ini belum diketahui,
namun diduga hal ini terjadi karena:
- Bayi lahir prematur sehingga bagian otak belum berkembang dengan sempurna.
- Bayi lahir tidak langsung menangis sehingga otak kekurangan oksigen
- Adanya cacat tulang belakang dan pendarahan di otak
Alzheimer
Alzheimer atau sebutannya az-zhai-me,
merupakan sejenis penyakit penurunan
fungsi saraf otak yang
kompleks dan progresif. Penyakit Alzheimer bukannya sejenis penyakit menular.
Penyakit Alzheimer adalah keadaan di mana daya ingatan
seseorang merosot dengan parahnya sehingga pengidapnya tidak mampu mengurus
diri sendiri. Penyakit Alzheimer bukannya ‘kekanak-kanakan karena usia tua’
yang sekadar suatu proses penuaan. Sebaliknya, adalah sejenis masalah kesehatan
yang amat menyiksa dan perlu diberikan perhatian.
Alzheimer digolongkan ke dalam salah satu dari jenis
nyanyuk (dementia) yang dicirikan dengan melemahnya percakapan,
kewarasan, ingatan, pertimbangan, perubahan kepribadian dan tingkah laku yang
tidak terkendali. Keadaan ini amat membebani bukan saja kepada pengidapnya,
malah anggota keluarga yang menjaga. Penyakit Alzheimer yang menurunkan fungsi
memori ini juga menjejaskan fungsi intelektual dan sosial penghidapnya.
Biasanya, anggota keluarga hanya datang membawa orang yang sakit berjumpa
dokter apabila mereka sudah tidak tahan dengan gejala orang yang sakit.
Hingga kini, sumber sebenarnya penyakit ini tidak
diketahui. Tetapi, ia bukanlah disebabkan penuaan. Bagaimanapun, ilmuwan
berpendapat, ia dikaitkan dengan pembentukan dan perubahan pada sel-sel saraf
yang normal menjadi serat.
Resiko untuk mengidap Alzheimer, penyakit yang sinonim
dengan orang tua ini, meningkat seiring dengan pertambahan usia. “Bermula pada
usia 65 tahun, seseorang mempunyai resiko lima persen mengidap penyakit ini dan
resiko ini meningkat dua kali lipat setiap lima tahun,” kata Ahli
Psikogeriatrik, Kantor Pengobatan Psikologi, Fakultas Pusat Pengobatan Universitas Malaya (PPUM), Dr.
Esther Ebeenezer.
Tingkat Alzheimer
Lupa meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang,
tidak tahu membeli barang ke kedai, lupa nomor telepon atau dos obat yang biasa
dimakan ialah di antara sebagian gejala ringan.
Apabila orang yang sakit lupa mencampurkan gula dalam
minuman, garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air
dikategorikan sebagai tingkat sederhana.
Apabila orang yang sakit sudah tidak mampu melakukan
perkara asas seperti menguruskan diri sendiri, keliru dengan keadaan sekitar
rumah, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota keluarga terdekat, ia
menandakan orang yang sakit berada di tingkat yang serius.
Orang yang terkena penyakit ini dapat menjadi agresif,
cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah
diminatinya. Diperkirakan bahwa pada sekitar 1950-an kira-kira 2,5 juta
penduduk dunia mengidap penyakit ini. Pada tahun 2000, pengidap Alzheimer
diperkirakan mencapai enam milyar orang.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan lebih
dari satu milyar orang tua yang berusia lebih dari 60 tahun atau 10 persen
penduduk dunia menghidap Alzheimer (2003). Peningkatan ini, ada kaitannya
dengan semakin banyak penduduk dunia yang berusia lanjut , masa hidup wanita
meningkat hingga umur 80 tahun dan 75 tahun bagi lelaki. Selain itu, penjagaan
kesehatan yang lebih baik, tingkat perkawinan menurun, perceraian bertambah dan
mereka yang kawin tetapi tidak banyak anak.
Orang yang sakit yang berada di tahap sederhana dan
parah akan menunjukkan tingkah laku yang aneh. Di antaranya, seperti menjerit,
terpekik dan mengikut perawat ke mana saja walaupun ke WC.
Selain itu, orang yang sakit juga mendengar suara atau
bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan. Semua ini secara tidak langsung
memberi tekanan mental kepada perawat sebab mereka terpaksa menjaga orang yang
sakit ’36 jam’ sehari.
Orang yang sakit juga kadangkala akan berjalan ke sana
sini tanpa sebab dan pola tidur mereka juga berubah. Orang yang sakit akan
lebih banyak tidur pada waktu siang dan terbangun pada waktu malam.
Secara umum, orang sakit yang didiagnosis mengidap
penyakit ini meninggal dunia akibat radang paru-paru atau pneumonia. Ini disebabkan,
pada waktu itu orang yang sakit tidak dapat melakukan sembarang aktivitas lain.
Yang menyedihkan, adalah orang yang sakit itu sendiri
tidak memahami apa yang terjadi pada diri mereka dan memerlukan bantuan orang
lain. Berita buruknya penyakit Alzheimer ini, tidak dapat disembuhkan. Tetapi,
gejalanya masih dapat dikendalikan dengan obat-obatan.
Obat-obatan yang diberi pada tingkat awal, dapat
membantu ingatan penderita seperti kognitif, aktivitas harian dan tingkah laku.
Sistem informasi manajmen kesehatan (SIMKES)
.
Rumah Sakit dalam bentuk SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT “.
Saya ingin mengklarifikasi pendefinisian Simkes Diantaranya yaitu :
1. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen (Kristianto,2003).
2. SIM adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)
Dari tiga pengertian di atas, sangatlah jelas bahwa Simkes itu bukan hanya software, tetapi software itu hanya merupakan bagian kecil dari Simkes.
Menurut Laudon & Laudon (2005), Sistem informasi berisi tentang orang-orang, tempat dan sesuatu di dalam organisasi atau lingkungan sekitar. Semua sistem informasi bisa digambarkan sebagai solusi manajemen dan organisatoris atas tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungannya. Ketiga komponen pembentuk sistem informasi tersebut saya fokuskan ke bidang kesehatan sehingga dapat diterjemahkan ke dalam Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan dapat dilihat pada gambar beriknew-picture-13ut :
Komponen-komponen yang ada dalam sistem harus dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan dari suatu sistem informasi pada suatu organisasi.
Yang terdiri dari :
1. Organisasi (struktur organisasi, peraturan2 tentang tata hubungan kerja, tugas dan tanggungjawab, kompensasi, reward, punishment, dan yang terpenting adalah Sumber Daya Manusia (SDM), termasuk komitmennya).
2. Manajemen (strategi, kebijakan, desain kebutuhan, integrasi kebutuhan, prosedur manajemen, prosedur pemeliharaan, aturan pengelolaan, sosialisasi, pelatihan, monitoring dan motivasi bagi pengguna dll).
3. Teknologi
Banyak orang salah menafsirkan bahwa IT adalah Sistem Informasi. Padahal IT itu hanya salah satu bagian dari sesuatu yg lebih kompleks yang disebut Sistem Informasi. Beberapa hal yang termasuk dalam kategori teknologi dalam suatu sistem informasi, antara lain : software, hardware, database, jaringan LAN/WAN, internet, website dll).
Rumah Sakit mempunyai Pasien dan Pegawai sebagai subject dari aktivitas di Rumah Sakit.Setiap pasien mempunyai data pasien seperti nama,alamat,tempat tanggal lahir,dan lain-lain.Pegawai Rumah Sakit disamping mempunyai nama,alamat,dan seterusnya juga memiliki
data,mulai pangkat,dan seterusnya.Informasi yang didapat pasien dan karyawan haruslah Valid dan Konsisten,untuk menjaga agar tetap valid dan konsisten haruslah dibuat sistem yang mampu menjaganya.
Informasi bukan hanya terkait antara Pasien dan Karyawan RS tetapi yang berkaitan dengan Rumah Sakit,misalnya pembayaran pasien,Rekam Medis,Pembukuan RS dan lain-lain.Sumber Informasi yang demikian banyak tersebut,harus dikelola dengan rapi dan baik,agar pengelolaan Rumah Sakit bisa ditingkatkan menjadi Rumah Sakit yang unggul dan profesional.Penerapan SIMKES di Rumah Sakit akan membuat semua informasi Rumah Sakit tetap valid dan konsisten,mudah di akses dan dikelola,sehingga manajemen Rumah Sakit dapat menentukan yang terbaik buat Rumah Sakit tersebut.
SIMKES JS adalah aplikasi berbasis web,yang ditunjuk untuk memperbaiki pengelolaan data Rumah Sakit agar data Rumah Sakit dan informasi bisa ditata dengan baik dan dapat di pertanggungjawabkan.Pengelolaan data dan informasi meliputi :
1 Registrasi Pasien
2 Medical Record ( Rekam Medik )
3 Rawat Jalan
4 Rawat Inap
5 Poliklinik
6 Radiologi,Elektromedik CT-Scan
7 Bedah Central
8 U G D
9 Apotek
10 Medicak Chek Up
11 Piutang Rumah Sakit ( Asuransi/Jamkesmas )
12 Administrasi
13 Kas Dan Bank
14 Hutang Rumah Sakit
15 Sistem Pelapoan Rumah Sakit ( Akuntansi General Ledger )
16 Modul Gizi dan lain-lain
KEUNTUNGAN SIMKES JS
1. Dapat memantau perkembangan Rumah Sakit secara akuraat
2. Dapat meningkatkan pelayanan dibidang kesehatan kepada
masyarakat secara akurat.
3. Rumah Sakit tersebut dapat terpantau secara langsung oleh
lembaga-lembaga dari luar atau dalam Negeri secara akurat,
sehingga mempermudah akses bagi lembaga tersebut jika akan
memberikan informasi serta mempermudah akses jika ingin
mememberikan dana.
4. Dapat menyimpan data base Rumah Sakit mulai dari Pasien,
Karyawan yang terdiri dari Data Rumah Sakit, data administrasi,data
Aset Rumah Sakit dan lain-lain
5. Dapat mengangkat brand imageRumah Sakit tersebut secara
tidak langsung dengan memiliki fasilitas modern
6.Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian rekam medis dalam
menangani berkas rekam medis,Bagian Rekam Medis memang
sub-bagian yang paling direpotkan mulai dari coding,indexing,filling
dan lain-lain.Sebagian Rumah Sakit di Indonesia masih mengggunakan
petugas Rekam Medis ataupun kurir dalam mendistribusikan berkas-
berkas ke masing-masing pelayanan
7. Dapat mengurangi pemakaian kertas.Pemakaian kertas masih
belum bisa dihilangkan di Indonesia karena data medis sangat rentan
dengan hukum dan akan memporakporandakan perdagangan kertas di
Indonesia . Dengan sistem yang terkomputerisasi , pemakaian kertas
yang bisa di pangkas antara lain :
1 Lembar kertas Rekam Medis yang tidak bebrhubungan dengan
masalah Autentikasi atau aspek hukum
2 Laporan masing-masing unit pelayanan ( karena semua laporan
telah terekap oleh sistem )
3 Rekap Laporan ( RL ) 1-6 yang dikirim ke dinas Kesehatan.
Saya ingin mengklarifikasi pendefinisian Simkes Diantaranya yaitu :
1. Sistem informasi manajemen merupakan suatu sistem yang biasanya diterapkan dalam suatu organisasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan informasi yang dihasilkan dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen (Kristianto,2003).
2. SIM adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (integrated) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi (Davis, 2002).
3. SIM adalah sekumpulan subsistem yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan, saling berinteraksi dan bekerjasama antara satu bagian dengan lainnya menggunakan cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima masukan (input) berupa data-data, kemudian mengolahnya (processing) dan menghasilkan keluaran (output) berupa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan akibatnya baik pada saat itu juga maupun dimasa mendatang, mendukung kegiatan operasional, manajerial, dan strategis organisasi dengan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan (Sutanta,2004)
Dari tiga pengertian di atas, sangatlah jelas bahwa Simkes itu bukan hanya software, tetapi software itu hanya merupakan bagian kecil dari Simkes.
Menurut Laudon & Laudon (2005), Sistem informasi berisi tentang orang-orang, tempat dan sesuatu di dalam organisasi atau lingkungan sekitar. Semua sistem informasi bisa digambarkan sebagai solusi manajemen dan organisatoris atas tantangan-tantangan yang ditimbulkan oleh lingkungannya. Ketiga komponen pembentuk sistem informasi tersebut saya fokuskan ke bidang kesehatan sehingga dapat diterjemahkan ke dalam Sistem Informasi Kesehatan (SIK) dan dapat dilihat pada gambar beriknew-picture-13ut :
Komponen-komponen yang ada dalam sistem harus dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan dari suatu sistem informasi pada suatu organisasi.
Yang terdiri dari :
1. Organisasi (struktur organisasi, peraturan2 tentang tata hubungan kerja, tugas dan tanggungjawab, kompensasi, reward, punishment, dan yang terpenting adalah Sumber Daya Manusia (SDM), termasuk komitmennya).
2. Manajemen (strategi, kebijakan, desain kebutuhan, integrasi kebutuhan, prosedur manajemen, prosedur pemeliharaan, aturan pengelolaan, sosialisasi, pelatihan, monitoring dan motivasi bagi pengguna dll).
3. Teknologi
Banyak orang salah menafsirkan bahwa IT adalah Sistem Informasi. Padahal IT itu hanya salah satu bagian dari sesuatu yg lebih kompleks yang disebut Sistem Informasi. Beberapa hal yang termasuk dalam kategori teknologi dalam suatu sistem informasi, antara lain : software, hardware, database, jaringan LAN/WAN, internet, website dll).
Rumah Sakit mempunyai Pasien dan Pegawai sebagai subject dari aktivitas di Rumah Sakit.Setiap pasien mempunyai data pasien seperti nama,alamat,tempat tanggal lahir,dan lain-lain.Pegawai Rumah Sakit disamping mempunyai nama,alamat,dan seterusnya juga memiliki
data,mulai pangkat,dan seterusnya.Informasi yang didapat pasien dan karyawan haruslah Valid dan Konsisten,untuk menjaga agar tetap valid dan konsisten haruslah dibuat sistem yang mampu menjaganya.
Informasi bukan hanya terkait antara Pasien dan Karyawan RS tetapi yang berkaitan dengan Rumah Sakit,misalnya pembayaran pasien,Rekam Medis,Pembukuan RS dan lain-lain.Sumber Informasi yang demikian banyak tersebut,harus dikelola dengan rapi dan baik,agar pengelolaan Rumah Sakit bisa ditingkatkan menjadi Rumah Sakit yang unggul dan profesional.Penerapan SIMKES di Rumah Sakit akan membuat semua informasi Rumah Sakit tetap valid dan konsisten,mudah di akses dan dikelola,sehingga manajemen Rumah Sakit dapat menentukan yang terbaik buat Rumah Sakit tersebut.
Topologi SIMKES Rumah Sakit
Klik Gambar Untuk Memperbesar
SOLUSI SIMKESSIMKES JS adalah aplikasi berbasis web,yang ditunjuk untuk memperbaiki pengelolaan data Rumah Sakit agar data Rumah Sakit dan informasi bisa ditata dengan baik dan dapat di pertanggungjawabkan.Pengelolaan data dan informasi meliputi :
1 Registrasi Pasien
2 Medical Record ( Rekam Medik )
3 Rawat Jalan
4 Rawat Inap
5 Poliklinik
6 Radiologi,Elektromedik CT-Scan
7 Bedah Central
8 U G D
9 Apotek
10 Medicak Chek Up
11 Piutang Rumah Sakit ( Asuransi/Jamkesmas )
12 Administrasi
13 Kas Dan Bank
14 Hutang Rumah Sakit
15 Sistem Pelapoan Rumah Sakit ( Akuntansi General Ledger )
16 Modul Gizi dan lain-lain
KEUNTUNGAN SIMKES JS
1. Dapat memantau perkembangan Rumah Sakit secara akuraat
2. Dapat meningkatkan pelayanan dibidang kesehatan kepada
masyarakat secara akurat.
3. Rumah Sakit tersebut dapat terpantau secara langsung oleh
lembaga-lembaga dari luar atau dalam Negeri secara akurat,
sehingga mempermudah akses bagi lembaga tersebut jika akan
memberikan informasi serta mempermudah akses jika ingin
mememberikan dana.
4. Dapat menyimpan data base Rumah Sakit mulai dari Pasien,
Karyawan yang terdiri dari Data Rumah Sakit, data administrasi,data
Aset Rumah Sakit dan lain-lain
5. Dapat mengangkat brand imageRumah Sakit tersebut secara
tidak langsung dengan memiliki fasilitas modern
6.Dapat mengurangi beban kerja sub-bagian rekam medis dalam
menangani berkas rekam medis,Bagian Rekam Medis memang
sub-bagian yang paling direpotkan mulai dari coding,indexing,filling
dan lain-lain.Sebagian Rumah Sakit di Indonesia masih mengggunakan
petugas Rekam Medis ataupun kurir dalam mendistribusikan berkas-
berkas ke masing-masing pelayanan
7. Dapat mengurangi pemakaian kertas.Pemakaian kertas masih
belum bisa dihilangkan di Indonesia karena data medis sangat rentan
dengan hukum dan akan memporakporandakan perdagangan kertas di
Indonesia . Dengan sistem yang terkomputerisasi , pemakaian kertas
yang bisa di pangkas antara lain :
1 Lembar kertas Rekam Medis yang tidak bebrhubungan dengan
masalah Autentikasi atau aspek hukum
2 Laporan masing-masing unit pelayanan ( karena semua laporan
telah terekap oleh sistem )
3 Rekap Laporan ( RL ) 1-6 yang dikirim ke dinas Kesehatan.
Makalah injeksi
BAB I
I N J E K S I
- A. LATAR BELAKANG
Salah satu tugas terpenting dari
seorang perawat adalah memberikan obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat
merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien yang memiliki masalah klien.
Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat
menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek
samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak
tepat diberikan.
Seorang perawat memiliki tanggung
jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan
obat dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Adapun rute pemberian obat dibedakan
atas beberapa rute antara lain secara iral, parenteral, pemberian topical,
inhalasi, dan intraokuler. Rute pemberian obat dipilih berdasarkan kandungan
obat dan efek yang diinginkan juga kondisi fisik dan mental klien.
Maka dari itu pada makalah ini akan
dibahas salah satu rute pemberian obat yaitu rute parenteral, memberikan obat
dengan menginjeksinya ke dalam jaringan tubuh.
- B. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari
makalah ini adalah untuk memahami teknik pemberian obat secara injeksi.
BAB II
PEMBAHASAN
- A. PENGERTIAN INJEKSI
Injeksi adalah sediaan steril berupa
larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau
disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Pemberian injeksi merupakan prosedur
invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril.
- B. TUJUAN INJEKSI
Pada umumnya Injeksi dilakukan
dengan tujuan untuk mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan
efek obat yang cepat.
- C. INDIKASI
Injeksi biasanya dilakukan pada
pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan
untuk diberikan obat secara oral. Apabila klien tidak sadar atau bingung,
sehingga klien tidak mampu menelan atau mempertahankan obat dibawah lidah. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan obat klien dilakukan denganpemberian obat
secara injeksi.
Selain itu, indikasi pemberian obat
secara injeksi juga disebabkan karena ada beberapa obat yang merangsang
atau dirusak getah lambung (hormon), atau tidak direarbsorbsi oleh usus.
Pemberian injeksi bisa juga dilakukan untuk anastesi lokal.
- D. PERALATAN
Alat yang digunakan untuk injeksi
terdiri dari spuit dan jarum. Ada berbagai spuit dan jarum yang tersedia dan
masing-masing di desain untuk menyalurkan volume obat tertentu ke tipe jaringan
tertentu. Perawat berlatih memberi penilaian ketika menentukan spuit dab jarum
mana yang paling efektif.
- Spuit
Spuit terdiri dari tabung (barrel)
berbentuk silinder dengan bagian ujung (tip) di desain tepat berpasangan dengan
jarum hypodermis dan alat pengisap (plunger) yang tepat menempati rongga spuit.
Spuit, secara umum, diklasifikasikan sebagai Luer –lok atau nonLuer-lok.
Nomenklatur ini didasarkan pada desain ujung spuit.
Adapun tipe-tipe spuit yaitu:
- Spuit Luer-lok yang ditandai dengan 0,1 persepuluh
- Spuit tuberkulin yang ditandai dengan 0,01 (seperseratus) untuk dosis kurang dari 1 ml
- Spuit insulin yang ditandai dalam unit (100)
- Spuit insulin yang ditandai dengan unit (50)
Spuit terdiri dari berbagai ukuran,
dari 0,5 sampai 60 ml. Tidak lazim menggunakan spuit berukuran lebih besar dari
5 ml untuk injeksi SC atau IM. Volume spuit yang lebih besar akan menimbulkan
rasa ynag tidak nyaman. Spuit yang lebih besar disiapkan untuk injeksi IV.
Perawat mengisi spuit dengan
melakukan aspirasi, menarik pengisap keluar sementara ujung jarum tetap
terendam dalam larutan yang disediakan. Perawat dapat memegang bagian luar
badan spuit dan pegangan pengisap. Untuk mempertahankan sterilitas, perawat
menghindari objek yang tidak steril menyentuh ujung spuit atau bagian dalam
tabung, hub, badan pengisap, atau jarum.
- Jarum
Supaya individu fleksibel dalam
memilih jarum yang tepat, jarum dibingkus secara individual. Beberapa jarum
tudak dipasang pada spuit ukuran standar. Klebanyakan jarum terbuat sari
stainless steel dan hanya digunakan satu kali
Jarum memiliki tiga bagian: hub,
yang tepat terpasang pada ujung sebuah spuit; batang jarum (shaft), yang
terhubung dengan bagian pusat; dan bevel, yakni bagian ujung yang
miring.
Setiap Jarum memiliki tiga
karaktreisrik utama: kemiringan bevel, panjang batang jarum, dan ukuran atau
diameter jarum. Bevel yang panjang dan lebih tajam, sehingga meminimalkan rasa
ridak nyaman akibat injeksi SC dan IM. Panjang jarum bervariasi dari ¼ sampai
5 inci. Perawat memilih panjang jarum berdasarkan ukuran dan berat klien serta
tipe jaringan tubuh yang akan diinjeksi obat.
Semakin kecil ukuran jarum, semakin
besar ukuran diameternya. Seleksi ukuran jarum bergantung pada viskositas
cairan yang akan disuntikkan atau diinfuskan.
- E. PROSES INJEKSI
Memberikan injeksi merupaka prosedur
invasif yang harus dilakukandengan menggunakan teknik steril. Setelah jarum
menembus kulit, muncul resiko infeksi. Perawat memberi obat secara parenteral
melalui rute SC, IM, ID, dan IV. Setiap tipe injeksi membutuhkan keterampilan
yang tertentu untuk menjamin obat mencapai lokasi yang tepat. Efek obat yang
diberikan secara parenteral dapat berkembang dengan cepat, bergantung pada
kecepatan absorbsi obat. Perawat mengobservasi respons klien dengan ketat.
Setiap rute injeksi unik berdasarkan
tipe jaringan yang akan diinjeksi obat. Karakteristik jaringan mempengaruhi
absorbsi obat dan awitan kerja obat. Sebelum menyuntikkan sebuah obat, perawat
harus mengetahui volume obat yang diberikan, karaktersitik dan viskositas obat,
dan lokasi struktur anatomi tubuh yang berada di bawah tempat injeksi.
Konsekuensi yang serius dapat
terjadi, jika injeksi tidak diberikan secara tepat. Kegagalan dalam memilih
tempat unjeksi yang tepat, sehubungan dengan penanda anatomis tubuh, dapat
menyebabkan timbulnya kerusakan saraf atau tulang selama insersi jarum. Apabila
perawat gagal mengaspirasi spuit sebelum menginjeksi sebiah obat, obat dapat
tanpa sengaja langsung di injkesi ke dalam arteri atau vena. Menginjeksi obat
dalam volume yang terlalu besar di tempat yang dipilih dapat menimbulkan nyeri
hebat dan dapat mengakibatkan jaringan setempat rusak.
Banyak klien, khususnya anak-anak
takut terhadap injeksi. Klien yang menderita penyakit serius atau kronik
seringkali diberi banyak injeksi setiap hari. Peraway dapat berupaya
meminimalkan rasa nyeri atau tidak nyaman dengan cara:
- Gunakan jarum yang tajam dan memiliki bevel dan panjang serta ukurannya paling kecil, tetapi sesuai.
- Beri klien posisi yang nyaman untuk mengurangi ketegangan otot
- Pilih tempat injkesi yang tepat dengan menggunakan penanda aanatomis tubuh
- Kompres dengan es tempat injeksi untuk menciptakan anastesia lokal sebelum jarum diinsersi
- Alihkan perhatian klien dari injeksi dengan mengajak klien bercakap-cakap
- Insersi jarum dengan perlahan dan cepat untuk meminimalkan menarik jaringan
- Pegang spuit dengan mantap selama jarum berada dalam jaringan
- Pijat-pijat tempat injeksi dengan lembut selama beberapa detik, kecuali dikontraindikasikan
- F. MACAM-MACAM INJEKSI
Pemberian obat secara parenteral
(harfiah berarti di luar usus) biasanya dipilih bila diinginkan efek yang
cepat, kuat, dan lengkap atau obat untuk obat yang merangsang atau dirusak
getah lambung (hormone), atau tidak direarbsorbsi usus (streptomisin),
begitupula pada pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerja sama.
Keberatannya adalah lebih mahal dan nyeri, sukar digunakan oleh pasien sendiri.
Selain itu, adapula bahaya terkena infeksi kuman (harus steril) dan bahaya
merusak pembuluh atau saraf jika tempat suntikan tidak dipilih dengan tepat.
- Subkutan/sc (hypodermal).
Injeksi di bawah kulit dapat
dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air
atau minyak. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah
dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.
Tempat yang paling tepat untuk
melakukan injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan
atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior
paha. Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah
abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah
ventral atas atau gloteus dorsal. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari
infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar
dibawahnya.
Obat yang diberikan melalui rute SC
hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC
sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar.
Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak
seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.
- Intrakutan/ic (=di dalam kulit)
Perawat biasanya memberi injeksi
intrakutan untuk uji kulit. Karena keras, obat intradermal disuntikkan ke dalam
dermis. Karena suplai darah lebih sedikit, absorbsi lambat.
Pada uji kulit, perawat harus mampu
melihat tempat injeksi dengan tepat supaya dapat melihat perubahan warna
dan integritas kulit. Daerahnya harus bersih dari luka dan relatif tidak
berbulu. Lokasi yang ideal adalah lengan bawah dalam dan punggung bagian atas.
- Intramuskuler (i.m),
Rute IM memungkinkan absorbsi obat
yang lebih cepat daripada rute SC karena pembuluh darah lebih banyak terdapat
di otot. Bahaya kerusakan jaringan berkurang ketika obat memasuki otot yang
dalam tetapi bila tidak berhati-hati ada resiko menginjeksi obat langsung ke
pembuluh darah. Dengan injeksi di dalam otot yang terlarut
berlangsung dalam waktu 10-30 menit. Guna memperlambat reabsorbsi dengan maksud
memperpanjag kerja obat, seringkali digunakan larutan atau suspensi dalam
minyak, umpamanya suspensi penisilin dan hormone kelamin. Tempat injeksi umumnya
dipilih pada otot pantat yang tidak banyak memiliki pembuluh dan saraf.
Tempat injeksi yang baik untuk IM
adalah otot Vastus Lateralis, otot Ventrogluteal, otot Dorsogluteus, otot
Deltoid.
- Intravena (i.v),
Injeksi dalam pembuluh darah
menghasilkan efek tercepat dalam waktu 18 detik, yaitu waktu satu peredaran
darah, obat sudah tersebar ke seluruh jaringan. Tetapi, lama kerja obat
biasanya hanya singkat. Cara ini digunakan untuk mencapai penakaran yang tepat
dan dapat dipercaya, atau efek yang sangat cepat dan kuat. Tidak untuk obat
yang tak larut dalam air atau menimbulkan endapan dengan protein atau butiran
darah.
Bahaya injeksi intravena adalah
dapat mengakibatkan terganggunya zat-zat koloid darah dengan reaksi hebat,
karena dengan cara ini “benda asing†langsung dimasukkan ke dalam
sirkulasi, misalnya tekanan darah mendadak turun dan timbulnya shock. Bahaya
ini lebih besar bila injeksi dilakukan terlalu cepat, sehingga kadar obat
setempat dalam darah meningkat terlalu pesat. Oleh karena itu, setiap injeksi
i.v sebaiknya dilakukan amat perlahan, antara 50-70 detik lamanya.
- Intra arteri.
Injeksi ke pembuluh nadi adakalanya
dilakukan untuk “membanjiri†suatu organ, misalnya hati, dengan obat yang
sangat cepat diinaktifkan atau terikat pada jaringan, misalnya obat kanker
nitrogenmustard.
- Intralumbal (antara ruas tulang belakang pinggang), intraperitoneal (ke dalam ruang selaput perut), intrapleural, intracardial, intra-articular (ke celah-celah sendi) adalah beberapa cara injeksi lainnya untuk memasukkan obat langsung ke tempat yang diinginkan.
- G. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MELAKUKAN INJEKSI
Pemberian obat secara injeksi dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus memperhatikan beberapa hal
berikut ini :
- Jenis spuit dan jarum yang digunakan
- Jenis dan dosis obat yang diinjeksikan
- Tempat injeksi
- Infeksi yang mungkin terjadi selama injeksi
- Kondisi/penyakit klien
- H. CARA MENCEGAH INFEKSI SELAMA INJEKSI
Salah satu efek yang bisa
ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat menimbulkan
infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
selama injeksi dilakukan yaitu :
- Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan biarkan ampul dalam keadaan terbuka
- Untuk mencegah kontaminasi jarum, cegah jarum menyentuh daerah yang terkontaminasi (mis: sisi luar ampul atau vial, permukaan luar tutup jarum, tangan perawat, bagian atas wadah obat, permukaan meja)
- Untuk mencegah spuit terkontaminasi jangan sentuh badan pengisap (plunger) atau bagian dalam karet (barrel). Jaga bagian ujung spuit tetap tertututp penutup atau jarum.
- Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kototran, drainase atau feses dengan sabun dan air lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptic. Usap dari tengah dan bergerak keluar dalam jarak dua inci.
- I. KONTRA INDIKASI
Resiko infeksi dan obat yang mahal.
Klien berulang kali disuntik. Rute SC, IM, dan itradermal dihindari pada klien
yang cenderung mengalami perdarahan. Resiko kerusakan jaringan pada injeksi
SC. Rute IM dan IV berbahaya karena absorbsinya cepat. Rute ini
menimbulkan rasa cemas yang cukup besar pada klien , khususnya anak-anak.
Kalkulasi dosis Injeksi
Rumus
Untuk menentukan jumlah cc yang akan
disuntikan
Dosis yang diminta
Dosis yang tersedia
|
X =
x volume dosis yang tersedia
CONTOH, Soal
Di instruksikan untuk menyuntik
ampicilin 200 mg, tersedia vial dengan label 1000 mg/1 g /10 ml (cairan/aqua
pro inj)
Berapa ml yang akan di
suntikkan/diberikan
Jawab
X = x 10 ml = 2 ml
PRAKTIK MENYUNTIK
- A. PENGGUNAAN OBAT SECARA PARENTERAL
Parenteral artinya rute tidak
melalui usus, atau secara umum dikatakan injeksi atau suntik.
Injeksi adalah sedian berupa larutan, emulsi atau suspensi dalam air
atau cairan pembawa lain yang cocok, steril dan digunakan secara parenteral.
- Macam-macam bentuk sedian obat secara parenteral
- Berupa larutan dalam air
- Berupa larutan dalam minyak
- Berupa suspensi obat padat dalam aqua (ex. Hidrocortison asetat)
- Berupa suspensi dalam minyak (ex. Penisilin dalam minyak)
- Berupa emulsi (mikroemulsi) biasanya obat hormon
- Berupa kristal steril untuk dibuat larutan dengan penambahan pelarut (aqua steril) ex. Penisilin g
- Cairan infus
- ampul, merupakan takaran tunggal untuk dosis tunggal
- vial atau flakon merupakan wadah takaran berganda yang dibuat dari gelas dengan tutup karet dan diluarnya dengan tutup kap alumunium
- botol infus, biasanya isinya 500 ml untuk intra vena
- injeksi intrakutan/intradermal (i.k/i.d) disuntikan sedikit (0,1-0,2 ml) untuk keperluan diagnosa.
- Injeksi subcutan/hipodermik ((s.k/h.d) disuntikan dibawah kulit
- Ijeksi intramuskuler (i.m) disuntikan masuk ke otot/daging.
- Injeksi intravena (i.v) suntikan didalam pembuluh darah. Larutan injeksinya harus betul-betul jernih.
- Injeksi intratekal (i.t) , intra spinal intradural, disuntikan kedalam sum-sum tulang belakang ( antara 3-4 atau 5-6 lembar vertebra)
- Injeksi intraperitonial (i.p) disuntikan langsung kedalam rongga perut (jarang dipakai)
- Injeksi peridural (p.d) extradural) disuntikan kedalam epidural diatas duramater, lapisan penutup otak terluar dan sum-sum tulang belakang
- Intrasisternal (s.) disuntikan kedalam saluran sum-sum tulang belakang dasar otak
- Intracardial (i.k.d) langsung kedalamjantung.
- Wadah untuk larutan/obat injeksi dapat berupa :
- Macam-macam rute penggunaan obat secara parenteral
Pengertian
Menyuntik merupakan prosedur dasar
yang wajib diketahui oleh setiap dokter dan paramedis, menyuntik dapat
dilakunan dengan cara, intramuskuler, subkutan, intracutan, intravena.
Pada pembahasan berikut akan dibahas
prosedur menyuntik Intramuskuler dan seluruh persiapan peralatan yang diperlukan
serta informconsent kepada pasien.
- Alat dan bahan (injection kit) :
- Kran air
- Sabun (jika mungkin sabun cair/sabun antiseptik)
- Handuk bersih dan kering
- Sepasang sarung tangan
- Baki instrument
- Instrument basin dengan tutup
- Jarum suntik steril :
- Untuk penyuntikan IM terdiri dari :
Jarum ukuran #23 G ½ #25 G ½
(semakin besar nomor jarum ukuran lubang jarum semakin kecil)
Syringe : tergantung pada volume
obat yang akan diberikan, tersedia mulai ukuran 50, 20, 10, 5, 3, 2,5, 1 cc.
- Kapas kering
- Kassa steril (ukuran 2×2 cm)
- Alkohol (70-90%)
- Obat injeksi (dalam bentuk vital, ampule, bubuk kering+pelarutnya)
- Jarum suntik
- Larutan dekointaminasi, isi lar. Chloride 0,5%
- Basin kidney/nierbecken
- Tempat jarum bekas
- Tempat pembuangan sampah
Siapkan antidotum : adrenalin (ingat
komplikasi segera dan fatal proses penyuntikan reaksi anafilaktik, komplikasi
lain a.1 : luka, kolaps vena, infeksi : abses, emboli)
PENDAHULUAN
Perkenalkan diri anda ; “Selamat
siang Bu, saya Bidan LALA , yang akan memeriksa dan merawat Ibu.”
Tanyakan identitas pasien dan
lakukan cross cek dengan catatan medik pasien.
Cek data pada catatan medik pasien
untuk mengidentifikasi pengobatan yang akan diberikan pada pasien ini, nama,
obat, dan cara pemberian.
LAKUKAN INFORMED CONSENT
Katakan pada pasien bahwa kita akan
melakukan proses penyuntikan : “Bu, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter, Ibu
memerlukan pengobatan dengan cara melakukan penyuntikan dibagian bokong Ibu”.
Katakan pada pasien : nama obat,
cara pemberian, dosis, dan efek akibat pemberian obat : “Bu, saya akan memberi
obat delladryl, dengan cara melakukan penyuntikan di bagian bokong, sebanyak
1cc dan akan terasa sakit sedikit.”
Berikan kesempatan
diskusi/kesempatan bertanya pada pasien : “ apakah ada yang Ibu ingin tanyakan
lagi ?” “Jika tidak, saya akan melakukan penyuntikan” “Silahkan Ibu berbaring
di tempat periksa”.
PERSIAPAN
- Nilai apakah pada proses penyuntikan ini perlu asisten/tidak (terutama pada pasien yang tidak kooperatif).
- Lakukan pemeriksaan tekanan darah (bila belum dilakukan)
- Lakukan pengecekan apakah seluruh peralatan yang dibutuhkan sudah tersedia.
- Lakukan pengecekan dan konfirmasi ulang pada pasien seluruh informasi yang berkaitan dengan proses penyuntikan yang akan dilakukan, termasuk nama obat, larutan dan pelarutnya, dosis, cara pemberian, jenis, dan ukuran jarum suntik yang akan digunakan untuk menyuntik.
- Buka jarum suntik dan jarumnya, letakkan kedalam instrumen basin steril.
- Cuci tangan (secara simple hand washing, melalui 5 tahap pencucian : telapak tangan, tangan bagian atas, sela jari, sela jempol, buku-buku) kemudian keringkan dengan handuk bersih kering atau handdrier.
PELAKSANAAN PENYUNTIKAN
- Dari Vial
- Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan pinset) dan letakkan pada kidney basin.
- Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan mengering.
- Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin.
- Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
- Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial.
- Tusuk jarum pada vial.
- Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil volume yang sesuai untuk pengobatan.
- Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan dikeluarkan gelembung udara tersebut.
- Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan
- Lepaskan jarum dari vial.
- Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan.
- Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada instrumen basin.
- Dari Ampul
- Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah dari leher ampul.
- Patahkan leher ampul dengan cara sbb :
1) Potong leher
ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan menekan jari jempol.
2) Menggunakan
pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan oleh bagian farmasi.
- Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.
- Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) jika memungkinkan.
- Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai.
- Tarik kembali jarum dari dalam ampul.
- Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam penutupnya.
- Keluarkan gelembung udara dalam syringe.
- Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan.
- Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan.
- Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin.
PROSESDUR MENYUNTIK
- Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali dosis yang diperlukan.
- Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan.
- Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien menyingkirkan tempat yangg akan dilakukan penyuntikan.
- Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat.
- Untuk penyuntikan intramuskular :
- Identifikasi daerah penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan).
- Lakukan peregangan pada area tersebut dengan gentle.
- Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol.
- Biarkan mengering.
- Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin.
- Suntikkan jarum membentuk 90% pada daerah yang telah diidentifikasi untuk dilakukan penyuntikan.
- Yakin bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah dengan melakukan prosedur sbb :
1)
Lakukan aspirasi dengan cara menarik pendorong jarum suntik (plunger).
2)
Jika darah mengisi syringe, atur kembali kedalaman invasi jarum. Kemudian
lakukan aspirasi kembali (tarik kembali plunge).
3)
Jika terdapat darah pada syringe maka dapat dilanjutkan prosedur berikutnya.
4)
Dorong plunge secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat dalam syringe.
5)
Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat, usap dan lakukan massage (jika
diperlukan) pada area penyuntikan dengan kapas alkohol.
Observasi :
Jika darah keluar dari tempat
penyuntikan, bersihkan dan lakukan penekanan dengan gentle daerah penyuntikan
dengan kapas dan alkohol.
Jika tidak, lakukan langkah
berikutnya.
Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai.
Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya.
Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan.
Biarkan pasien kembali kebangku periksa.
Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai.
Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya.
Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan.
Biarkan pasien kembali kebangku periksa.
Setelah Penyuntikan
- Isi jarum suntik bekas pakai dengan lar. Chloride 0,5% dan potong jarum, masukkan kedalam tempat jarum bekas.
- Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril) kedalam lar. Chloride 0,5%.
- Rendam kedua tangan kedalam lar. Chloride 0,5% selama beberapa menit, kemudian lepaskan kedua sarung tangan dengan cara skin to skin, glove to glove.
- Cuci tangan.
- Keringkan dengan handuk.
Persilahkan pasien kembali ke meja
periksa, untuk melengkapi data pada catatan medik pasien
- Isi tanggal dan waktu pengobatan.
- Dosis dan cara penyuntikan
- Respons khusus yang mungkin timbul pada pasien setelah dilakukan penyuntikan.
- Nama dan tanda tangan perawat
Sumber : Ilmu kedokteran
Langganan:
Postingan (Atom)